Tahukah kamu, tentang Google balon ? Nah, kita akan mengupas sedikit tentang Google balon yang kabarnya saat ini sudah beroperasi di Indonesia. Yuk, kita cari tahu bersama tentang Google balon, bantu sebarkan internet di Indonesia dan cara kerjanya.

balon google project loon

Sejak kapan Project Loon beroperasi ?

Alphabet, perusahaan induk Google, mengubah haluannya dari terkait proyek balon udara pemancar internet Loon. Pada awalnya, balon ini dibuat untuk dapat berkeliling dunia. Namun, proyek ini berkembang dengan adanya mesin pintar yang dapat mengatur navigasi balon tersebut, sehingga balon ini dapat terbang ke daerah yang membutuhkan.

Baru-baru ini, balon tersebut ternyata sudah mengudara di Indonesia. Pada peluncuran Gig di kantor pusat Indosat di Jakarta, presdir dan CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli, mengatakan bahwa balon ini sudah beroperasi sejak Januari 2016.

“Loon sudah mengudara sejak Januari kemarin untuk uji coba teknis.” ujar pria yang disapa Alex ini.

Lebih lanjut, Alex menyebut bahwa pihaknya belum bisa mengungkap hasil pengujian balon tersebut. “Tapi kami belum bisa ungkap sejauh mana kecepatan balon Loon. Nanti akan ada evaluasi setelah selesai,” ujarnya.

Lalu bagaimanakah balon ini bekerja ?

Project Loon ini sudah digagas sejak tahun 2011. Namun, akhir-akhir ini nama Project Loon kembali mencuat, khususnya di Indonesia pasca tiga operator besar Tanah Air berencana untuk melakukan uji coba balon internet.

Teknologi ini mulai di uji coba pada tahun 2013 di New Zealand. Project Loon sejatinya berawal dari program incubator Google X di mana terlibat sejumlah ahli riset terbaik yang dimiliki Google. Konsep awal dari Project Loon terbilang sederhana, yakni menerbangkan router Wireless untuk mencari tahu apakah dengan jarak setinggi apakah sinyal yang dipancarkan dari router masih bisa diterima.

Versi Pertama

Pada versi pertama, balon udara internet tersebut memiliki diameter 15 meter, di mana setiap balon membutuhkan sekitar 12 tangki helium. Pada tahap awal pengujian, balon yang siap memancarkan Wi-Fi yang dipancarkan maka dipasang sebuuah antena khusus pada rumah-rumah penduduk.

Adapun, jika ponsel menerima sinyal dari BTS atau menara pemancar selular, maka konsep dari Project Loon berkebalikan dari itu. Jika ponsel yang kita miliki akan menerima sinyal dari satu menara ke menara lain ketika dalam keadaan bergerak. Nah, lewat Project Loon, Google mengganti router Wireless yang memancarkan Wi-Fi menjadi jaringan 4G LTE, Nah, balon tadi justru bergerak bergilir untuk terhubung dengan ponsel yang kita gunakan.

Mengenai kemampuan balon internet, balon tersebut mampu mengudara selama lebih dari 100 hari dengan wilayah cakupan yang mencapai 5000km per segi. Sementara untuk kecepatan 4G LTE yang bisa diterima oleh pengguna ponsel bis mencapai hingga 15Mbps. Untuk berangkat Wi-Fi, balon-balon internet tersebut bisa memberikan kecepatan akses yang disebut bisa menyentuh angka 40Mbps.

Awalnya, diterbangkan dengan ketinggian 10km dpal

Pada tahap awal, balon Project Loon diterbangkan dengan ketinggian 10km dari permukaan laut. Namun, untuk menghindari balon tersebut mengganggu lalu lintas pesawat di udara, maka Google menyatakan bahwa balon-balon tadi akan diterbangkan dengan ketinggian 60.000 kaki atau sekitar 20km dari atas permukaan laut atau dua kali dari ketinggian maksimal pesawat komersial.

Di ketinggian ini, balon Project Loon berada di lapisan stratosfer. Google menyatakan bahwa pihaknya merancang balon tersebut dapat bergerak bersama angin di stratosfer. Sehingga akan membentuk jaringan komunikasi yang akan memancarkan akses internet ke area di sekitarnya.

Rencananya, Project Loon akan memasukkan masa percobaan pada tahun 2016 dengan pelaksanaan komersial akan memakan waktu 2-3 tahun selanjutnya. Uji coba Project Loon ini akan melalui 4G LTE di frekuensi 900 Mhz.