Apa yang Anda pikirkan saat mendengar kata Banjarmasin? Jika jawabannya adalah pasar terapung, maka Anda tidak salah. Selama ini Banjarmasin dikenal dengan pasar tradisionalnya yang berada di atas air. Wajar saja, kota yang memiliki julukan ‘Kota Seribu Sungai’ ini memang dilalui oleh banyak sungai besar dan kecil seperti Sungai Barito dan Sungai Martapura. Hal ini menjadikan sungai sebagai salah satu bagian terpenting bagi kehidupan warga Banjarmasin. Kota ini memiliki banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Pasar Terapung

Siapa sih yang tidak kenal dengan pasar terapung Banjarmasin? Pasar tradisional yang berada terapung di atas sungai ini jadi salah satu destinasi wisata andalan Banjarmasin. Di sini kamu bisa merasakan suasana pasar namun di atas sungai.

Aneka sayur, buah serta barang kebutuhan pokok lain dijual di atas perahu, dan ternyata masih ada beberapa penjual yang menerima sistem barter lho. Salah satu pasar terapung yang populer adalah yang ada di muara Sungai Barito, tepatnya di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin. Pasar ini diperkirakan sudah ada sejak 400 tahun yang lalu. Barang yang dijual pun beragam mulai dari hasil kebun, makanan sampai pakaian. Untuk bisa menyaksikan kegiatan di pasar ini, Anda harus datang pagi hari karena pasar ini hanya berlangsung dari jam 05:00 sampai 07:00.

Wisata Pulau Kembang

Saat berada di pulau ini, berhati-hatilah dengan barang bawaan Anda. Monyet-monyet seringkali penasaran dan ingin melihat apa saja yang Anda bawa. Sebaiknya bawa makanan ringan atau buah-buahan untuk mengalihkan perhatian mereka dari tas Anda.

Menariknya, di pulau ini terdapat sebuah kuil dan altar dengan arca berbentuk monyet putih atau Hanoman. Altar ini, oleh warga Tionghoa, digunakan untuk meletakkan sesaji pada saat-saat tertentu.

Tempat wisata ini berjarak sekitar 1,5 km dari pusat kota Banjarmasin. Untuk dapat melihat aktifitas monyet-monyet ini dari dekat, Anda harus membayar sebesar 5.000 Rupiah untuk wisatawan domestik dan 25.000 Rupiah untuk wisatawan mancanegara.

Masjid Sultan Suriansyah

Masjid ini disebut juga dengan Masjid Kuin karena lokasinya yang berada di Kelurahan Kuin Utara. Dibangun antara tahun 1526 – 1550, masjid ini menjadi masjid tertua d Banjarmasin.

Seperti bangunan khas Banjarmasin lainnya, Masjid Sultan Suriansyah berbentuk rumah panggung dengan ukiran khas Kalimantan Selatan dan atap tumpang. Beberapa bagian dari masjid terlihat mirip dengan Masjid Agung Demak terutama di bagian atapnya yang berundak dan mengerucut ke atas. Hal ini dimungkinkan karena hubungan kedua kesultanan pada zaman dahulu.

Yang unik dari masjid ini adalah mihrab atau tempat imam salat memiliki atap sendiri yang terpisah dari atap bangunan utama.

Masjid Sabilal Mustabil

Masjid Sabilal Muhtadin disebut sebagai masjid terbesar di Banjarmasin. Masjid dengan lima buah menara ini mampu menampung sebanyak 15.000 orang jamaah.

Namanya diambil dari nama kitab yang ditulis oleh Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjary yang merupakan ulama besar di Kalimantan Selatan. Masjid yang dibangun pada tahun 1981 ini menjadi salah satu tempat wisata religi yang banyak dikunjungi wisatawan baik dari dalam maupun dari luar kota.

Masjid Sabilal Muhtadin berada di tepi barat Sungai Martapura, tepatnya di Kelurahan Antasan Besar, Banjarmasin Tengah.

Danau Biru Cempaka

Pesona danau berair biru tidak hanya bisa kamu jumpai di Pulau Bangka Belitung. Bekas tambang pasir di Banjarbaru kini jadi destinasi wisata baru yang kekinian. Salah satunya adalah Danau Biru Cempaka yang tidak jauh dari jalan raya Trans Kalimantan. Tanahnya yang berwarna merah memberikan warna kontras dengan air galian yang jernih dan berwarna biru.

Museum Wasaka

Museum Wasaka adalah singkatan dari Waja Sampai Kaputing yang merupakan motto perjuangan rakyat Kalimantan Selatan. Tempat wisata sejarah ini berada di Jalan H. Andir, Kampung Kenang Ulu, Banjarmasin Utara. Arsitektur bangunannya adalah rumah adat Banjarmasin yang berbentuk panggung dengan atap tinggi.

Di dalamnya, terdapat berbagai koleksi foto, mesin ketik, seragam perjuangan, dan senjata yang digunakan untuk melawan penjajah seperti keris dan senjata api milik Belanda yang berhasil dirampas. Selain itu, ada sebuah sepeda tua yang dahulu digunakan untuk mengantar surat secara sembunti-sembunyi.

Yang menarik adalah adanya teks proklamasi yang dibuat pada tanggal 17 Mei 1949. Isi teks ini berbeda dengan teks proklamasi yang banyak diketahui rakyat Indonesia selama ini. Hal ini dikarenakan menurut Perjanjian Linggarjati, Kalimantan tidak masuk dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Meskipun demikian, rakyat Kalimantan masih terus berjuang untuk menjadi bagian dari NKRI dan berhasil menyatakan kemerdekaannya empat tahun setelah Bung Karno membacakan teks proklamasi.

Museum Wasaka buka setiap hari kecuali Senin dan hari libur nasional, mulai pukul 08:30 sampai 12:30. Anda tidak dikenakan biaya untuk masuk ke sini.

Taman Siring Sungai Martapura

Satu lagi tempat wisata di Banjarmasin yang mengandalkan sungai adalah Taman Siring Sungai Martapura yang berada di Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Kapten Tendean. Taman ini berada di tepian Sungai Martapura dan ramai dikunjungi saat sore hari. Dari sini, Anda bisa melihat aktifitas jukung atau perahu khas Banjarmasin di sungai.

Silakan bawa alat pancing dan puaskan hobi memancing Anda di tempat wisata ini. Jika ingin menikmati pemandangan sekitar sungai saja, Anda bisa duduk di bangku yang telah disediakan sambil menikmati kuliner dari warung yang berjajar di taman.