“Alhamdulillah, museum yang kami dirikan ini mampu memberikan yang terbaik dan bisa mengangkat Kota Malang sebagai kota yag peduli terhadap keberlangsungan museum di kota ini” kata Dwi Cahyono

Kutipan tersebut sengaja dparagon.com kutip dari media Antara.com dalam artikel yang membahas tentang salah satu museum di Kota Malang yang beberapa waktu lalu dinobatkan sebagai museum terbaik di Indonesia, yakni Museum Tempo Doeloe Malang.

Siapakah Dwi Cahyono?

malang tempo doeloe
Dwi Cahyono, pemilik Museum Tempo Doeloe via malangtimes.com

Dwi Cahyono adalah salah satu tokoh Kota Malang dan merupakan pemilik Yayasan Inggil yang sekaligus Ketua Dewan Kesenian Kota Malang. Lalu apa kaitannya Dwi Cahyono tersebut dengan Museum Tempo Doeloe?
Ternyata Dwi Cahyono merupakan pemilik dari museum yang berkonsep “New Concept Modern Live Museum”.

Tidak hanya itu, pria yang lahir sekitar 49an tahun yang lalu itu juga merupakan penggagas festival tahunan di Malang, yakni Malang Tempo Doeloe atau yang biasa disingkat dengan MTD. Festival tahunan yang digelar setelah hari jadi kota Malang pun selalu sukses menjadi magnet pengunjung untuk ikut memeriahkannya.

Beliau juga pemilik dari restauran Inggil yang letaknya persis di depan Museum Tempo Doeloe. Di mana sih lokasi Museum Tempo Doeloe ini?
Museum ini berlokasi di Jalan Gajahmada, lebih tepatnya berada di belakang Balai Kota Malang.

Meskipun museum ini tergolong masih baru di Malang, tapi jangan salah, museum telah mendapat penghargaan dalam acara bertajuk Penganugerahan Pelestari Cagar Budaya dan Permuseuman 2015 yang berlangsung di Jakarta pada awal bulan ini. Museum ini bisa menjadi salah satu kebanggaan warga Malang nih!

Apa sih latar belakang museum ini didirikan?

malang tempo doeloe
Museum Tempo Doeloe via tripadvisor.co.uk

Dilansir dari halomalang.com , Dwi Cahyono berpendapat bahwa saat ini masyarakat Malang maupun warga luar Malang lebih memilih untuk mengunjungi pusat perbelanjaan seperti Mall daripada pergi ke museum. Menurutnya, hal ini dinilai karena konsep museum yang ada hanya tampak seperti kumpulan benda antik, namun tidak memberikan sebuah hiburan secara artistik. Maka dari itu, ia pun membangun sebuah museum pribadinya yang bertajuk Museum Malang Tempoe Doloe.

“Harus ada konsep museum baru yang bisa menarik minat masyarakat khususnya anak muda untuk mempelajari sejarah Malang. Itulah yang membuat kita cinta Malang” kata Dwi Cahyono

Bagaimana konsep yang diangkat Museum Tempo Doeloe?

malang tempo doeloe
pertapaan Ken Arok via tempo.com

Museum ini mengusung konsep yang berbeda dari museum lain. Perbedaan ini bisa kamu rasakan saat mulai memasuki area Museum Tempo Doeloe. Jika dilihat sekilas dari luar, bangunan museum memang sangat sederhana dan tidak begitu megah tetapi semua terasa berbeda saat kamu mulai menjelejahi setiap sudut ruang yang ada di museum tersebut.

Museum ini memiliki ruang-ruang yang sudah dibagi menjadi 20 dan setiap ruangan mengusung konsep yang berbeda. Museum identik dengan koleksi barang atau benda antik, namun berbeda dengan museum yang satu ini. Bernuansa fun, pengunjung akan dibuat tidak gampang bosan.

alang tempo doeloe
salah satu sudut di museum via www.pegipegi.com

Saat kamu berkunjung ke museum ini, kamu akan mengetahui perkembangan Malang dari jaman purbakala sampai dengan saat ini. Wawasanmu langsung bertambah setelah keluar dari tempat ini. Tidak hanya mengetahui seluk beluk sejarah Kota Malang, kamu pun juga dapat menonton dokudrama di salah satu ruangan, yakni ruangan kaleidoskop yang memutar tentang sejarah Kota Malang.

Bagaimana untuk menuju kesana?

malang tempo doeloe
pintu masuk museum via indohoy.com

Kamu bisa mengendarai kendaraan pribadi dan langsung menuju lokasi yang berada di Jalan Gajahmada, belakang Balai Kota Malang. Kamu pun bisa memanfaatkan angkutan umum, bagaimana rutenya?

Kamu bisa mencari rute angkutan kota berwarna biru yang datang dari arah Terminal Arjosari dengan kode AL atau ADL. Mudah bukan?

Oh ya, hampir lupa, sisihkan uang sebanyak Rp 25ribu untuk membayar tiket masuk ke area museum ini ya. Jika kamu seorang pelajar, kamu hanya dikenakan Rp 10ribu dan jika kamu memiliki KTP Kota Malang maka akan dikenakan biaya sebesar Rp 15ribu. Harga tersebut bisa berubah-ubah seiring waktu, ya. Jangan khawatir kecewa karena museum tutup, karena kamu bisa berkunjung ke museum ini sewaktu-waktu mulai dari pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore. 🙂

 

Ternyata museum tidak hanya sebagai wadah untuk menkaji hingga mengoleksi benda atau barang bersejarah ya, tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan cagar budaya yang dimiliki oleh suatu daerah.

Sudah sepatutnya bagi kita kawula muda turut melestarikan budaya dan sejarah yang merupakan peninggalan dari nenek moyang. Caranya pun cukup sederhana, hanya dengan membuang rasa malas untuk berkunjung ke museum supaya pengetahuanmu tentang sejarah dan budaya semakin berkembang. Bagaimana pendapat kalian tentang museum? Ceritakan di kolom comment ya! 🙂

 

Sumber antara.com dan halomalang.com